Hipotermia Paling Parah: Kepanasan dan Buka Baju / Selasa, 08 Jan 2019 16:30 WIB
Mario4d - Hipotermia terjadi karena kondisi suhu yang dingin. Paling parah, bagi yang terkena akan merasa kepanasan, buka baju dan meninggal dunia.
Bagi kamu yang pernah menonton film 'Everest' yang tayang tahun 2015, pasti ingat salah satu scene yang bikin deg-degan. Di tengah badai salju di trek pendakian ke Puncak Everest, salah seorang pendakinya merasakan kepanasan hingga akhirnya buka baju. Tak lama, dia berjalan dan terjatuh hingga meninggal dunia.
Rupanya, kondisi seperti itu akibat dari hipotermia. Hal itu dijelaskan oleh Tjahjadi Nurtantio, guide pendakian gunung dari DAKS Die Welt der Berge (German Alpine and Climbing School), operator wisata minat khusus dari Jerman.
"Kalau kepanasan, nyatanya itu bukanlah kepanasan. Itu merupakan percobaan terakhir dari tubuh untuk survive dengan cara jantung memompa darah dengan cepat dan rasanya panas," kata Tjahjadi kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).
Menurut Tjahjadi yang sudah menjadi guide pendakian ke Kilimanjaro, Annapurna dan gunung-gunung lainnya di dunia, hipotermia paling parah adalah saat badan merasa kepanasan dan buka baju. Itu merupakan tanda-tanda tubuh untuk berjuang paling terakhir.
"Saat itu, organ lain seperti otak sudah tidak berfungsi. Sudah tidak bisa berpikir logis, sehingga membuka jaket dan sarung tangan dalam kondisi yang dingin. Itu akibat hipotermia dan sudah di fase akhir, setelah itu meninggal dunia," ujar Tjahjadi yang juga co-founder CSVakansi, operator wisata minat khusus di Indonesia.
Oleh sebab itu, perencanaan dan persiapan pendakian gunung harus diperhatikan semaksimal mungkin. Dalam perencanaan, harus diperhatikan soal ramalan cuaca, trek pendakian gunung dan lainnya. Sedangkan dlam persiapan, alat-alat pendakian gunung dan perlengkapan lainnnya harus disediakan dan kalau perlu membawa cadangan atau tambahannya.
"Harus selalu menganalisa risiko, jadi kita tahu risiko pendakian gunungnya sebesar apa," tutupnya.
Bagi kamu yang pernah menonton film 'Everest' yang tayang tahun 2015, pasti ingat salah satu scene yang bikin deg-degan. Di tengah badai salju di trek pendakian ke Puncak Everest, salah seorang pendakinya merasakan kepanasan hingga akhirnya buka baju. Tak lama, dia berjalan dan terjatuh hingga meninggal dunia.
Rupanya, kondisi seperti itu akibat dari hipotermia. Hal itu dijelaskan oleh Tjahjadi Nurtantio, guide pendakian gunung dari DAKS Die Welt der Berge (German Alpine and Climbing School), operator wisata minat khusus dari Jerman.
"Kalau kepanasan, nyatanya itu bukanlah kepanasan. Itu merupakan percobaan terakhir dari tubuh untuk survive dengan cara jantung memompa darah dengan cepat dan rasanya panas," kata Tjahjadi kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).
Menurut Tjahjadi yang sudah menjadi guide pendakian ke Kilimanjaro, Annapurna dan gunung-gunung lainnya di dunia, hipotermia paling parah adalah saat badan merasa kepanasan dan buka baju. Itu merupakan tanda-tanda tubuh untuk berjuang paling terakhir.
"Saat itu, organ lain seperti otak sudah tidak berfungsi. Sudah tidak bisa berpikir logis, sehingga membuka jaket dan sarung tangan dalam kondisi yang dingin. Itu akibat hipotermia dan sudah di fase akhir, setelah itu meninggal dunia," ujar Tjahjadi yang juga co-founder CSVakansi, operator wisata minat khusus di Indonesia.
Oleh sebab itu, perencanaan dan persiapan pendakian gunung harus diperhatikan semaksimal mungkin. Dalam perencanaan, harus diperhatikan soal ramalan cuaca, trek pendakian gunung dan lainnya. Sedangkan dlam persiapan, alat-alat pendakian gunung dan perlengkapan lainnnya harus disediakan dan kalau perlu membawa cadangan atau tambahannya.
"Harus selalu menganalisa risiko, jadi kita tahu risiko pendakian gunungnya sebesar apa," tutupnya.
No comments